Now Reading: My Music Trip From Jogja To Sumba Part 2

Loading

My Music Trip From Jogja To Sumba Part 2

Lanjutan dari part sebelumnya penulis dari BeatBold.com Dema Tobing bercerita tentang pengalaman dan pengamatan mengenai selera musik orang Indonesia melalui perjalanannya dari Yogyakarta hingga ke Waikabubak Sumba Nusa Tenggara Timur.

Pada part sebelumnya Dema lebih menemukan perubahan drastis selera orang Nusa Tenggara Timur yang terkenal dengan lagu-lagu pop daerah menjadi pendengar lagu-lagu Melayu. Ok berlanjut saja ke cerita Dema Tobing.

Pada part sebelumnya saya menceritakan selera musik orang Indonesia dari perjalanan menggunakan bus Safari Dharma Raya ke Denpasar Bali, kemudian berlanjut menuju Waingapu menggunakan kapal Awu. Pada akhir part pertama saya sudah berlabuh di pelabuhan Waingapu. Let’s go to the next part guys… .

 

Ketika saya sudah sampai di pelabuhan Waikabubak, saya bersama pacar (cie..cie laku disebut terus) mencari angkutan umum yang biasa mereka sebut “OTO BEMO”. Oto berarti mobil dan bemo itu sama seperti angkot atau colt kallau di Jawa. Model mobilnya sih biasa saja tidak ada yang mencuri perhatian, tetapi sound systemnya… busyet keras banget. Menurut mereka, jika Oto Bemo tidak ada musik yang keras sudah pasti tidak ada penumpangnya.

 

Wah… jika penumpang ingin berhenti, otomatis dia harus berteriak dengan kencang karena pasti kalah bersaing dengan sound system oto bemo tersebut. Di luar masalah kualitas sound system yang ada, sebenarnya ada yang menarik dari lagu yang diputar di oto bemo tersebut, meskipun di Sumba tetapi yang mereka dengarkan malah lagu-lagu Pop dari Ambon… nah yang penasaran silahkan langsung dengarkan lagu menggunakan player di bawah ini.

 

Dengan sound system yang sangat keras hingga gendang telinga rasanya mau pecah, lagu ini di-repeat ( diputar berulang kali ) sepertinya sound system yang keras tidak seimbang dengan koleksi lagunya. By the way, lagu ini sebenarnya yang menghantarkan bahwa pikiran dan jiwa raga saya sudah benar-benar tiba di tanah NTT yang benar-benar indah. Memang ciri khas daerah Timur Indonesia lagunya harusnya begini, meskipun lagunya berasal dari Ambon. Oto bemo ini mengantarkan saya tiba di rumah salah satu kerabat pacar saya untuk beristirahat dan makan siang. Setelah itu baru kami melanjutkan perjalanan menuju Waikabubak menggunakan travel.

 

Akhirnya saya tiba di Waikabubak dengan selamat. Saya bisa bertemu dengan keluarga saya yang masih ada keturunan darah Jawa. Akhirnya saya beristirahat di tempat yang benar-benar nyaman. Setelah 2 hari di rumah paman saya, akhirnya saya memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Maradesa. Dalam perjalanan ke Maradesa, kami menyewa sebuah mobil Zebra Espass beserta supirnya. Kami memang menyewa mobil itu beserta dengan supirnya, tetapi yang aneh adalah kenapa sang pemilik mobil ( bukan supirnya ) juga ikut-ikutan di dalam perjalanan tersebut? Ternyata saya tanya pada pacar saya dan dia bilang bahwa “Orang Sumba meskipun mobilnya disewa dan dibayar dengan uang, mereka tidak mudah percaya pada penyewanya ataupun supirnya jadinya dia ikutan juga memastikan mobilnya baik-baik saja “. Pikir saya, ini orang yang punya mobil antara sayang dengan barangnya dan pelit. Ya sudahlah nikmati saja perjalanan itu. Ternyata tidak hanya di oto Bemo saja yang menggunakan sound system keras, mobil Zebra itu juga sama saja… kerasnya minta ampun hingga saya ngedumel sendiri bilang “dasar katrok, kampungan”. Awalnya saya pikir biar si supir tidak mengantuk, ternyata… masalah harga diri… . Salah satu lagu yang diputar terus menerus adalah lagu seperti ini… .

Lagu “God Is A Girl” sendiri ng-trend di tanah Jawa sekitar tahun 2004 an.Tetapi tidak untuk tanah Sumba, lagu ini baru ng-trend tahun 2010-an hingga sekarang. So… hiburan adanya itu ya sudah nikmati saja. Akhirnya setelah 3 jam mendengarkan lagu-lagu seperti ini kami tiba di Maradesa untuk menemui keluarga besar dari pacar saya. Di sana tidak ada listrik, jadi otomatis tidak ada lagu-lagu yang bisa saya dengarkan.

 

Dema Tobing

Seorang penikmat musik dengan segala keterbatasannya

svg

What do you think?

Show comments / Leave a comment

Leave a reply

Loading
svg
Quick Navigation
  • 01

    My Music Trip From Jogja To Sumba Part 2