Now Reading: My Music Trip From Jogja to Sumba Part 1

Loading

My Music Trip From Jogja to Sumba Part 1

Hal yang cukup aneh akan muncul di posting ini. Karena pada artikel saat ini BeatBold.com tidak akan review band. Melainkan bercerita tentang selera musik orang Indonesia bukan dari teori pemasaran maupun teori musiknya, tetapi berdasarkan pengalaman perjalanan yang sudah penulis tempuh dari Yogyakarta menuju Sumba Nusa Tenggara Timur.

Di sini penulis akan menggunakan bahasanya sendiri untuk bercerita tentang pengalaman musik yang masuk ke telinga penulis selama perjalanan. Untuk menikmati sensasi dari artikel ini, silahkan berhenti sejenak di player yang sudah disediakan. Jadi selamat menikmati cerita ini.

Ok, saya Dema Tobing penulis dari posting kali ini, langsung saja ya? Perjalanan dari Yogyakarta menuju Sumba Nusa Tenggara Timur sebenarnya mempunyai tujuan khusus, yaitu berkunjung ke rumah keluarga sekalian berkenalan dengan keluarga pacar saya ( cie..cie.. yang udah laku ).  Sebenarnya perjalanan yang cukup jauh ini memberikan pengalaman berarti bagi saya. Perjalanan ini membuat saya menjadi mengenal bahwa orang Indonesia mempunyai selera musik yang hampir sama. Entah sama baiknya atau hancurnya, kita cek saja bersama.
Perjalanan saya mulai dari Yogyakarta menggunakan bus Safari Dharma Raya menuju Denpasar Bali. Perjalanan pasti akan membosankan maka saya sudah menyiapkan iPod dengan lagu-lagu cadas seperti lagu ini ( silahkan berhenti sejenak mendengarkan lagu kesukaan saya)

Jujur, saya salah satu pecinta lagu-lagu seperti ini. Karena beat yang dihasilkan membuat mata saya terus melek sepanjang perjalanan. Selain Detroit Metal City, ada juga kok Slipknot, Korn dan lain-lainnya yang saya masukkan di dalam playlist iPod dengan nama “Idiot Beat”.

Perjalanan sudah mulai tampak membosankan, saya buka earphone yang masih tertancap di telinga, alhasil… ternyata bus Safari Dharma Raya yang saya tumpangi sedang memutar lagu-lagu disco dangdut yang salah satunya adalah…

Hampir rata-rata penumpang bernyanyi lagu ini termasuk anak kecil yang umurnya mungkin di bawah 10 tahun. WTF… memang tidak heran jika anak kecil saja hapal lagu Cinta Satu Malam, lagu ini diputar terus di radio dan acara musik di tv (-_-) . Ya sudahlah, saya pikir ini urusannya masing-masing saja toh orang tuanya saja tidak protes.

Berlanjut lagi, tiba di Denpasar Bali saya melanjutkan perjalanan hingga pelabuhan Benoa untuk naik kapal Awu ke Waingapu Sumba NTT. Sialnya sudah membeli tiket, ternyata saya tidak mendapatkan tempat tidur, kamar VIP pun tidak dijual. Dengan terpaksa saya harus tidur di lantai menggunakan alas kertas koran seperti gembel bersama orang-orang yang asli dari NTT yang juga tidak mendapatkan kamar dan tempat tidur. Penumpang kapal rata-rata sebagian besar adalah orang NTT yang terkenal suaranya bagus dan merdu jika menyanyi, jadi saya benar-benar menikmati suara mereka yang asyik. Tetapi suara mereka yang indah itu tidak diimbangi dengan selera musik yang cukup baik, salah satunya adalah lagu ini…

Saya tidak bilang lagu ini jelek, tetapi teman-teman yang tahu musik pasti bilang kalau lagu ini cukup alay. Lagu ini benar-benar jadi trending topic di kapal Awu. Yang sedang bermain gitar sambil bernyanyi menyanyikan lagu Satu atau Dua nya Gamma. Tidak hanya itu saja, dari ujung ke ujung kapal, pemilik handphone baik buatan Cina, Blackberry hingga iPhone lagu ini diputar beribu-ribu kali. Pagi, siang ,malam… waktu makan hingga tidur, lagu ini berkumandang di mana-mana. Mau tidak mau terpaksa saya harus mendengarkannya karena iPod dan Smartphone saya sudah low batt.

Benar-benar fenomena yang aneh, karena setahu saya, orang NTT banyak yang terkenal di tanah Jawa seperti Umbu Prabawa dengan Religion Pop dan Marapu yang terkenal dengan Reggae-nya. Dengan pengalaman dan pengamatan seperti ini sudah dipastikan lagu melayu yang terkenal dari Malaysia, dan daerah di Sumatera tidak hanya merambah pulau Jawa, pulau-pulau lain di seluruh Indonesia juga sudah tertular dengan selera musik alay seperti ini. Lalu di mana lagu-lagu asli NTT itu sendiri?

Hingga akhirnya kapal berlabuh di Waingapu setelah perjalanan yang memakan waktu 2 hari 2 malam, lagu alay itu secara otomatis terus teringat di pikiranku. Hampir saja lagu-lagu itu mencuci otakku. Jika memang otakku sudah tercuci dengan lagu seperti ini, sudah pasti BeatBold.com tidak hadir saat ini untuk teman-teman.

Cerita ini akan berlanjut pada artikel berikutnya, dengan pengalaman yang lebih asyik lagi dari saya.

NB : BeatBold.com ingin mengingatkan teman-teman bahwa BeatBold.com tidak pernah memberikan link download dari artis bersangkutan, BeatBold hanya menggunakan widget yang disediakan oleh widget lagu seperti SoundCloud.com dan Reverbnation.com. Jika terdapat link download dari widget tersebut silahkan langsung menghubungi user account dari masing-masing web bersangkutan.

Dema Tobing

Seorang penikmat musik dengan segala keterbatasannya

svg

What do you think?

Show comments / Leave a comment

Leave a reply

Loading
svg
Quick Navigation
  • 01

    My Music Trip From Jogja to Sumba Part 1