Loading

Julita Yang Jelita

Beatbold.com. – Sudah hampir 7 tahun aku tidak menulis di Beatbold apalagi menulis sebuah review musik. Entah apakah ini yang namanya hidup atau bukan, tapi yang jelas aku sangat merindukan menulis ulasan musik.

Bertahun-tahun sempat berhenti menulis ternyata saya merasakan bahwa musik Indonesia makin lama makin dewasa, apalagi munculnya platform seperti Youtube, Instagram dan Tik Tok merubah banyak hal khususnya di dunia musik.

Sama seperti lagu yang sebenarnya sudah aku perhatikan selama kurang lebih 1 bulan ini sebuah karya dari Ria Prawiro yang berjudul Jelita. Aku harus jujur dari awal, aku tidak ada masalah dengan lagu ini, tapi aku punya masalah dengan judulnya. Sering kebolak-balik antara “Jelita” oleh Julita atau “Julita” oleh Jelita. Sama kasusnya saat pertama mendengar “Yellow” by Coldplay atau “Coldplay” by Yellow. (Kasus yang sering kita temui saat ngobrol sama Baby Boomers)

Disclaimer : Apapun yang aku tulis di sini adalah bahasa yang paling nyaman aku pakai, dan review dilakukan karena aku memang ingin mereview lagu ini tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada pihak pemilik hak cipta. Saya bukan seorang musisi tapi hanyalah penikmat musik dengan segala kekurangannya. Hasil review bisa anda jadikan referensi tapi jangan meng-copas habis tulisan ini menjadi press release di media mainstream. Mintalah press release kepada pihak Kariza Musik atau artis yang berwenang karena tulisan ini juga sengaja tidak mengikuti kaidah jurnalistik.

Jadi judul lagu yang benar itu “JELITA” dan dinyanyikan oleh Julita.

Julita Who?

FYI saja, Julita Trisnasari Telaumbanua sebenarnya tidak terlalu asing bagi bapak-bapak yang suka nongkrong dan ngopi sambil nonton berita di Beritasatu.

Googling saja namanya, langsung ketemu wajah beliau di mana-mana. Jadi, pembahasan latar belakang Julita sampai di sini saja karena kita berniat mau review lagu yang ia nyanyikan.

Memang tidak banyak orang yang tahu, selain seorang pembawa berita (newscaster) ternyata Julita punya bakat menyanyi, karena kalau tidak punya bakat tidak mungkin aku tulis saat ini.

What about the music?

Mendengarkan sebuah lagu itu sebaiknya di dengarkan dari awal. Karena bagian iconic dari sebuah lagu ya memang intronya.

Saat mendengar intro-nya, aku membayangkan sedang menyaksikan sebuah ending film anime classic tahun 80an. Coba cari saja di Youtube Japanese City Pop 80s, kira-kira itu yang aku bayangkan saat mendengar intronya.

Apakah ini disengaja atau tidak, aku juga kurang tahu tapi beberapa orang seusiaku saat kusodori lagu ini juga mengatakan hal yang sama, “Ini soundtrack anime 80an?” Jadi sebenarnya kami mau mengatakan bahwa intro lagu 30 detik (versi Spotify) ini seperti membawa sebuah kenangan masa kecil yang begitu indah, meskipun sebenarnya ini lagu baru yang rilis tahun 2023.

Untuk generasi yang sudah lebih tua, mungkin genre lagu Jelita yang beraroma Jazzy-Pop ini menjadi pengingat masa romantis mereka saat masih muda seperti lagunya Ermy Kulit, Vina Panduwinata dan penyanyi-penyanyi era itu.

Kalau membicarakan musik secara keseluruhan, jelas aku mendengar rhytem dan beat yang nyaman dari Drum maupun bass. Dipadukan dengan strumming guitar lembut yang sebenarnya baru nyaman jika didengarkan dengan speaker stereo. Jadi yang dengerinnya pakai HP yang speakernya hanya support mono mendingan segera beli earphone atau headset yang bagusan di Tokped atau Shopee banyak kok yang murah tapi gak murahan. Sayang banget lagu bagus-bagus gini dengerin treblenya dan mono doang.

Yang sedikit mencuri perhatianku sebenarnya penggunaan sound-sound pada keys-nya. Permainan blocking chord dan filler electronic soundnya cukup kental, jadi aku merasa yang membuat lagu ini bernuansa 80an ya sudah pasti keysnya. Pas aku cek siapa sih pembuat masalahnya, ternyata Juan Mandagie. Beberapa kali mendengar beliau mengisi lagu baik rekaman dan live-nya memang tidak pernah mengecewakan bahkan aku merasa sangat puas. Mendengar cara Juan Mandagie bermain, teringat dengan permainan Alm Edi Darome legenda Elpamas dan Iwan Fals Band, selalu bisa mengisi kekosongan menjadi sangat berwarna.

Bicarain instrumen-instrumen di dalamnya menurutku sudah cukup dan singkat saja. Tapi belum afdol kalau belum ngomongin vocalnya. Aku percaya sekali kalau memang suaranya Julita itu bagus banget. Aku tidak bisa berkomentar banyak tentang suara dan teknik bernyanyinya. Tapi aku mau mengomentari cara Julita membawakan lagu Jelita ini, yang pasti sangat berkaitan dengan style lagu dan liriknya.

Menurutku, lagu yang enak dan nyaman di telinga adalah lagu yang memang diciptakan untuk sang penyanyi. Apakah lagu ini diciptakan untuk Julita? CRYSTAL CLEAR. Apakah liriknya diciptakan untuk Julita? Nah, pada bagian ini jelas bisa menjadi perdebatan yang seru.

… kamu panggil aku, jelita yang tersayang

Pada momen apa, seorang laki-laki bujang usia 30an tahun di era sekarang memanggil gebetannya “Jelita yang tersayang”? Aku sekarang membayangkan sambil nonton Music Videonya Jelita, lihat paras ayu wajah Julita sambil mengatakan “Hai Jelita yang tersayang…!” Kok rasanya aku ini seperti laki-laki buaya.

Nah, yang kayak begini nih harus diluruskan. Jadi begini saudara-saudaraku yang aku kasihi dan aku cintai, coba lihat deh judulnya!

JELITA – RIA PRAWIRO X JULITA

Aku sebenarnya sedang membayangkan bahwa lagu yang diciptakan oleh Ria Prawiro ini seperti ungkapan isi hatinya saat masih remaja (mungkin) kemudian diterjemahkan oleh Julita lewat suaranya. Jadi menurutku lagu ini perpaduan antara kisah cinta zaman dahulu dengan nyanyian seorang milenial.

Mendengarkan lagu ini sama seperti sedang menonton film Dilan 1990. Kisah cinta orang muda zaman dulu namun diperankan oleh milenial. Meskipun kita baru tahu kisahnya 5 tahun belakangan karena filmnya meledak, apakah anda tidak merasa deg-deg’an saat menonton film itu? Pasti ada perasaan romantis yang tiba-tiba keluar dari hati anda.

Sejujurnya aku tidak tahu inspirasi apa yang mendorong Ria Prawiro menciptakan lagu ini. Apakah karena terinspirasi nama Julita sehingga menjadi Jelita? Atau memang Ria Prawiro membayangkan sebuah lagu yang berkisah tentang cinta era 70-80an? Sumpah aku tidak tahu. Seandainya aku tahu, review-nya juga pasti berbeda.

Kenapa aku mengatakan kalau lagu ini beraroma tahun 70-80an? Coba perhatikan lagu zaman sekarang (tulisan ini rilis tahun 2023) ! Tidak banyak lagu yang liriknya berbunga-bunga. Aku tidak bilang lagu zaman sekarang jelek, tapi kebanyakan lirik lagu zaman sekarang memang puitis-puitis tapi terlalu frontal dan strike to the point, karena memang eranya seperti itu. Coba zaman orang tua kita jatuh cinta? Kirim surat paling tidak butuh semingguan bisa nyampe, makanya orang zaman itu harus romantis supaya feel “falling in love”-nya bisa awet. Lha kalo sekarang? Buka WA bentar terus bilang, “Eh kamu mau gak jadi pacarku?” balasnya juga cepet “Gak”, besoknya si cowok udah WA cewek lain dan mengatakan hal yang sama. Saking cepatnya transaksi komunikasi, cepat juga cari yang lain.

Meskipun aku bilang lagu ini beraroma 70-80an, tapi dinikmati di era sekarang juga enak banget. Kualitas soundnya pun di 320kbit/s-nya Spotify terasa sangat premium dan sempat aku turunkan ke 96kbit/s juga belum terasa penurunan kualitasnya. Tapi saran saya coba dengarkan lagu ini di minimal 160kbit/s atau lebih biar terasa experience premium-nya. Untuk kualitas di Youtube agak berbeda apalagi bukan Youtube Premium sehingga bitrate nya sering naik turun sendiri.

Tapi aku salut sekali dengan karya Ria Prawiro yang satu ini. Kalimatnya cukup sederhana sehingga mudah untuk dihafalkan. Nada-nadanya juga tidak susah untuk diingat. Seandainya aku 15 tahun lebih muda dan sebagai laki-laki punya gebetan yang nyanyi lagu ini, pasti aku ikut kesengsem malu dinyanyikan lagu seperti ini. Siapa lagi yang memanggil aku “Pangeran” kalau bukan karena lagu ini?

 

Jelita – Ria Prawiro X Julita

i

Satu..hari ku ingat kamu

Yang membuat pipiku merona memerah

Kutahan…tahan senyum…

Tersipu malu

Tak tertahankan

ii

Kamu… bilang aku cantik

Kamu panggil aku jelita yang tersayang

Kutahan…tahan senyum…

Tersipu malu

Rasa melayang….

Reff I

Kekasihku…

Pujaanku…

Peluk aku….

Bersamamu raihlah aku

Jangan lepaskan….

Kita melangkah bersama selamanya

—ii

—Reff I

Reff II

Kekasihku…

Pangeranku

Bawa aku

Bersamamu kita berdansa

Bersama bintang

Aku selamanya jadi jelitamu

—Reff II

Dema Tobing

Seorang penikmat musik dengan segala keterbatasannya

svg

What do you think?

Show comments / Leave a comment

Leave a reply

Loading
svg
Quick Navigation
  • 01

    Julita Yang Jelita